Tingkat daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia dilingkungan ASEAN berada di level bawah setingkat diatas negara yang baru merdeka Timor Lorosae. Menurut laporan World Competitiveness Yearbook (2004), Indonesia berada diperingkat 55 sementara Singapura berada diperingkat 2, Malaysia peringkat 16, Thailand peringkat 29 dan Filipina peringkat 52. Apa kaitannya laporan tersebut dengan kualitas lulusan Perguruan Tinggi dalam hal ini kita titik beratkan pada lulusan Akademi Farmasi (ahli madya farmasi). Di Indonesia, AKFAR walaupun akademinya masih baru muncul 10 tahun belakangan ini, lulusannya sebenarnya masih bisa memegang peran penting sebagai sarana bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di bidang kesehatan. Untuk itu mengapa para lulusan AKFAR disamping harus punya kemampuan kognitif Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tinggi juga harus meningkatkan sikap dan perilaku (soft skill) yang dimilikinya agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di lapangan yang semakin ketat. Sikap dan perilaku disini mliputi kejujuran, percaya diri, motivasi yang tinggi, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, kompetensi interpersonal dan orientasi nilai yang menunjukkan kinerja yang efektif.
Sikap jujur mampu membuat seseorang berani menyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Kejujuran memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi diri dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan siap untuk memperbaikinya.
Disisi lain, kejujuran akan menjadikan seseorang mampu menyatakan kelebihannya. Semua perilaku yang didasari oleh kejujuran sangat mendukung kepercayaan diri seseorang. Percaya diri disini adalah keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan. Agar mampu memnghadapi tantangan itu, maka seseorang harus mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan motivasi yang tinggi tersebut, seseorang akan mudah untuk beradaptasi dengan segala perubahan. Jika semua sikpa dan perilaku yang tersebut diatas ada pada diri seseorang, sebenarnya dia telah mempunyai kompetensi interpersonal yang tinggi.
Jika semua hal tersebut diatas ada pada diri para lulusan AKFAR (ahli madya farmasi) bisa dipastikan bahwa mereka akan bisa menunjukkan kinerja yang efektif. Sikap ndan perilaku yang berkualitas seperti ini secara statistik merupakan jaminan kesuksesan para ahli madya farmasi dalam menghadapi ketatnya persaingan pasar kerja diantara lulusan SMF dan para sarjana Farmasi dilahan yang dapat dikatakan sama. Diantara lulusan SMF dan para sarjana Farmasi masih ada sesuatu tempat dan kondisi bagi para ahli madya farmasi. Tempat dan situasi tersebut kalau memang bisa memanfaatkan dengan baik bukanlah sesuatu yang menjepit para ahli madya farmasi tetapi merupakan celah yang semestinya harus dianggap sebagai tempat atau celah yang memberi kesempatan dan peluang ahli madya farmasi (lulusan AKFAR) untuk berperan sebaik mungkin dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia secara menyeluruh. Memang untuk menunjukkan eksistensi ahli madya farmasi sangat diperlukan suatu wadah untuk menyatukan sikap dan semangat agar para pengguna, industriawan dan pasar kerja dapat menyedot lulusan AKFAR (ahli madya farmasi secara optimal. Dan harus disadari sebagai wadah ikatan suatu profesi yang juga relatif baru sangat diperlukan perjuangan dengan semangat tinggi agar kiprah dan keberadaan ikatan profesi ahli madya dapat diketahui dan dipercayai secara luas oleh masyarakat.